Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Ketika berbicara mengenai masa remaja, pada umumnya para pakar, mendiskripsikan masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan disini tidak sekedar secara fisik/biologis, akan tetapi juga, psikis, maupun sosial.


Rentang usia remaja berfariasi bergantung pada budaya dan tujuan penggunaannya. Di Indonesia berbagai studi pada kesehatan reproduksi remaja mendefinisikan remaja sebagai orang muda berusia 15-24 tahun. Sedangkan menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) remaja berusia 10-24 tahun. Sementara Departemen Kesehatan menjelaskan bahwa remaja adalah usia 10-19 tahun. Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menganggap remaja adalah mereka yang belum menikah dan berusia antara 13-16 tahun, atau mereka yang bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Pada masa ini, terjadi perubahan-perubahan yang signifikan terutama menganai kematangan fungsi-fungsi jasmaniah, seperti semakin matang dan berfungsinya organ-organ tubuh termasuk organ-organ reproduksi, seperti kematangan kelenjar kelamin, yakni testes ( buah zakar ) pada anak laki-laki, dan ovarium (indung telur) pada anak perempuan, beserta membesarnya alat-alat kelamin. Sebelumnya peristiwa ini didahului oleh adanya tanda-tanda kelamin sekunder, antara lain berupa: gangguan peredaran darah, jantung sering berdebar,kepekaan pada susunan saraf, pertumbuhan rambut pada alat kelamin & ketiak, tumbuhnya cambang & kumis serta perubahan suara pada anak laki-laki. Sedangkan pada anak perempuan terjadi tumbuhnya payudara, penebalan lapisan lemak di sekitar pinggul,paha , dan perut.
Selain perubahan dalam hal biologis, terdapat perubahan pada sisi psikis; seseorang pada masa ini mulai timbul kesadaran mengenai diri sendiri (siapa “aku”), mulai mulai tertarik sama lawan jenis, dan menyadari akan potensi dan cita-cita sendiri.
Seiring dengan berjalannya masa itu, masa remaja juga terkenal dengan masa yang sangat rentant dengan bahaya. Karena pada masa ini, seorang remaja, mulai mencari jati diri dan mulai ingin hidup mandiri tanpa aturan dari keluarga. Dalam lingkup sosial, seorang remaja biasanya seorang remaja jauh dari keluarga, mereka lebih menikmati dekat dengan teman sebayanya. Dari sinilah letak bahaya, karena informasi yang mereka dapat dari teman-sebayanya, kurang dapat dipertanggung jawabkan. Yang harus menjadi perenungan bagi kita, apakah pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja masih kita ragukan?
Dikalangan kacamata awam, sering terjadi pemahaman yang salah mengenai pemaknaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi (Kespro). Pendidikan kespro dianggap mengajak para remaja untuk berhubungan seks, sedangkan yang perlu dipahami cakupanhya seksualitas lebih luas dari sekedar hanya berhubungan seks.
Pendidikan kespro, mencakup sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Sedangkan akhir-akhir ini, banyak masalah yang dialami oleh para remaja, seperti HIV/AIDS, KTD (kehamilan tidak di inginkan), IMS (infeksi menular seksual), aborsi dll. Dan ini terjadi dari dampak informasi yang mereka dapat dari teman-teman sebayanya. Dari sini diharapkan, terumata untuk orang tua, untuk selalu mengontrol anak supaya dalam mereka bergaul tidak keluar dari koredor yang seharusnya mereka dapatkan. Dan pendidikan kespro bagi remaja merupakan tugas bagi orang tua, supaya seorang remaja memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Dan perlu diingat agar pendidikan kespro sesuai dengan apa yang di harapkan, maka jangan sampai informs yang kita berikan menyimpang dari prinsip pendidikan seks itu sendiri; yaitu:
  1. Pendidikan seks harus didasarkan pada penghormatan atas hak reproduksi dan hak seksual remaja untuk mempunyai pilihan;
  2. Berdasarkan pada kesetaraan jender;
  3. Melibatkan remaja untuk berpartisipasi dalam semua aspek pendidikan seksualitas;
  4. Pendidikan kespro harus dilengkapi dengan peningkatan akses terhadap layanan yang terjangkau, friendly (ramah) dan tidak membeda-bedakan.
Selain prinsip diatas, dalam pendidikan kespro, seorang remaja diharapkan memahami masalah-masalah yang dihadapi remaja;
  1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja);
  2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana ymerencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya;
  3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap ykondisi kesehatan reproduksi;
  4. Bahaya penggunaan obat obatan/narkoba pada kesehatan yreproduksi;
  5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
  6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya;
  7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat ykepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif;
  8. Hak-hak reproduksi
Dari uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan, bahwa pendidkan kespro bukanlah sebuah malapetaka, akan tetapi sebuah kebutuhan yang harus dipahami oleh seorang remaja sedini mungkin, guna mengurangi dahaga informasi seks. Dengan bekal itu, diharapkan seorang remaja menjadi lebih berdaya, bisa memutuskan mana yang terbaik untuk dirinya dan resiko yang akan ditanggung.


0 komentar to "Pendidikan Kesehatan Reproduksi"

Posting Komentar

Bookmark and Share
Selamat Datang di Dunia Kami "Dengan Solidaritas Kita Tingkatkan Tali Silaturrahim"

Tentang Kami

Kampung Pancuran
merupakan sebuah wadah silaturrahmi dan forum komunikasi keluarga besar hasan kafarwi, terutama alumni Hasan Kafrawi.
Lihat profil lengkapku

Photo Gallery

Dialog Interaktif


ShoutMix chat widget

Labels

Web hosting for webmasters